Home > Berta Terkini > Ruang Karya > Ruang Opini > Sejarah Singkat
Menolak Sekadar Hura-Hura: Urgensi Kader "Orkestrator" di Tubuh IPNU-IPPNU Indramayu
Penulis: Naufal Sahl - 7 Desember 2025
Home > Berta Terkini > Ruang Karya > Ruang Opini > Sejarah Singkat
Menolak Sekadar Hura-Hura: Urgensi Kader "Orkestrator" di Tubuh IPNU-IPPNU Indramayu
Penulis: Naufal Sahl - 7 Desember 2025
Dokumentasi oleh penulis opini
Indramayu, Bumi Wiralodra, bukan sekadar hamparan sawah dan garis pantai yang panjang. Ia adalah lumbung potensi pemuda yang sedang bergolak. Di tengah arus perubahan ini, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Indramayu berdiri sebagai benteng kaderisasi pelajar terbesar. Namun, sebuah pertanyaan kritis harus kita ajukan ke cermin organisasi: Apakah kita sedang mencetak pemimpin, atau sekadar memproduksi pengikut?
Sering kali, kita terjebak dalam romantisme "jumlah massa". Kita bangga ketika Makesta dihadiri ratusan orang, atau ketika acara pelantikan memadati alun-alun. Namun, organisasi modern tidak digerakkan oleh kerumunan, melainkan oleh sistem. Dan sistem membutuhkan pengendali. Di sinilah letak urgensi melahirkan kader bertipe "Orkestrator".
Jebakan "Event Organizer" Kondisi riil di lapangan, tak jarang Pimpinan Komisariat (PK) hingga Pimpinan Cabang (PC) terjebak dalam mentalitas Event Organizer (EO). Energi kader habis untuk teknis seremonial: menyewa panggung, mencetak spanduk, dan memobilisasi massa. Setelah acara usai, sunyi senyap. Tidak ada follow-up keilmuan, tidak ada diskursus strategis tentang arah gerak pelajar di Indramayu.
Ini berbahaya. Jika IPNU-IPPNU Indramayu hanya sibuk membuat acara tanpa merawat nalar dan strategi, kita akan tergilas oleh zaman. Kita butuh kader yang mampu berpikir melampaui teknis lapangan.
Apa itu kader orkestrator? Bayangkan sebuah orkestra. Ada pemain biola, ada penabuh drum, ada peniup trompet. Jika masing-masing bermain sendiri dengan ego-nya, yang tercipta adalah kebisingan, bukan simfoni. Dibutuhkan seorang dirigen (konduktor) yang memahami kapan biola harus masuk, kapan drum harus berhenti, dan bagaimana menyatukan perbedaan nada menjadi harmoni.
Dalam konteks IPNU-IPPNU Indramayu, kader orkestrator adalah mereka yang memiliki kemampuan:
Membaca Peta Sosial: Mengerti tantangan pelajar Indramayu hari ini—mulai dari pergaulan bebas, radikalisme digital, hingga kesenjangan pendidikan di daerah pesisir vs perkotaan.
Menjahit Potensi: Mampu menghubungkan potensi kader. Si A jago desain, Si B jago menulis, Si C jago lobi. Orkestrator tidak bekerja sendirian, ia merangkai keahlian-keahlian individu tersebut menjadi kekuatan organisasi.
Visi Jangka Panjang: Tidak hanya berpikir "bulan depan bikin acara apa", tapi berpikir "lima tahun lagi IPNU Indramayu akan jadi apa".
Indramayu sedang berubah. Masuknya industri dan digitalisasi menuntut pelajar NU untuk adaptif. Kita tidak bisa lagi mengandalkan cara-cara lama yang kaku. Kader orkestrator diperlukan untuk menerjemahkan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah ke dalam bahasa yang dipahami oleh Gen-Z dan Gen-Alpha di Indramayu.